Sudah beberapa lama teacher tidak mengupdate kegiatan pembelajaran di kelas. Ini sangat disayangkan karena ada banyak moment seru yang perlu dibagi dengan masyarakat dunia maya. Heha. Baiklah. Kita mulai dari pembelajaran Sosiologi di kelas X. Metode pembelajaran yang teacher gunakan adalah belajar melalui gambar. Kebetulan materinya pas kalau menggunakan media gambar, yaitu mengenai realitas sosial.
Kelas di bagi menjadi 8 kelompok yang akan mendeskripsikan realitas sosial melalui gambar. Dari interaksi atau hubungan sosial sampai pada perubahan sosial. Mari kita lihat bersama-sama proses pembelajarannya. Kelas yang teacher captured adalah kelas MIA 1 dan MIA2.
Harapan saya dengan menggunakan metode ini adalah siswa memahami lebih dalam karena mereka mempelajari suatu materi dengan melakukan kegiatan, tidak hanya duduk mendengarkan penjelasan guru atau sekadar menjawab soal.
Dalam pelaksanaannya, setiap kelompok akan membagi tugas, yaitu ada siswa yang menggambar, ada yang menjelaskan gambar, ada yang menambahkan, dan menjawab soal. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai materi yang akan mereka sajikan. Belajar seperti ini saya pikir lebih bermakna daripada hanya sekadar mendengarkan. Akan tetapi, sayangnya entah karena memang benar siswa itu terlalu banyak pengetahuan baru setiap minggunya sehingga membuat belajar dengan melakukan seolah-olah tidak ada bekasnya. Apa pasal? Waktu itu, ada saat lisan bagi siswa yang tidak tuntas. Bagi saya lisan ada beberapa keuntungan. Pertama, lebih cepat selesai koreksinya daripada yang tertulis. Kedua, ini yang paling penting saya jadi tahu secara pasti seperti apa kemampuan siswa. Dari lisan inilah saya tahu bahwa belajar dengan melakukan pun perlu penguatan. Ada siswa yang ketika diminta menceritakan kembali materi yang sudah dipelajari yang menjadi fokus kelompoknya tidak bisa bercerita secara maksimal. Tentu ini menjadi PR untuk dicari solusinya. Kalau materi dari yang menjadi fokusnya saja tidak dipahami, apalagi materi dari kelompok lain. Bukankah begitu secara teori? Tentu teacher akan sangat berbahagia, melebihi bahagia dari keluarnya drama korea terbaru apabila siswa juga memahami materi/bahan presentasi kelompok lain.
Well, its okay gak masalah. Kita akan cari lagi dan lagi metode yang membuat belajar lebih menyenangkan, bermakna, dan dapat dipahami. Yang penting paling tidak ada-lah materi yang mengena di hati, misalnya mengenai penyimpangan..bahwa kalau ngebut karena takut telah adalah bentuk penyimpangan primer. Kalau ngebut terus dilakukan? Yaa jelas menjadi penyimpangan sekunder. Bukan begitu anak-anak?
Dalam pelaksanaannya, setiap kelompok akan membagi tugas, yaitu ada siswa yang menggambar, ada yang menjelaskan gambar, ada yang menambahkan, dan menjawab soal. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai materi yang akan mereka sajikan. Belajar seperti ini saya pikir lebih bermakna daripada hanya sekadar mendengarkan. Akan tetapi, sayangnya entah karena memang benar siswa itu terlalu banyak pengetahuan baru setiap minggunya sehingga membuat belajar dengan melakukan seolah-olah tidak ada bekasnya. Apa pasal? Waktu itu, ada saat lisan bagi siswa yang tidak tuntas. Bagi saya lisan ada beberapa keuntungan. Pertama, lebih cepat selesai koreksinya daripada yang tertulis. Kedua, ini yang paling penting saya jadi tahu secara pasti seperti apa kemampuan siswa. Dari lisan inilah saya tahu bahwa belajar dengan melakukan pun perlu penguatan. Ada siswa yang ketika diminta menceritakan kembali materi yang sudah dipelajari yang menjadi fokus kelompoknya tidak bisa bercerita secara maksimal. Tentu ini menjadi PR untuk dicari solusinya. Kalau materi dari yang menjadi fokusnya saja tidak dipahami, apalagi materi dari kelompok lain. Bukankah begitu secara teori? Tentu teacher akan sangat berbahagia, melebihi bahagia dari keluarnya drama korea terbaru apabila siswa juga memahami materi/bahan presentasi kelompok lain.
Well, its okay gak masalah. Kita akan cari lagi dan lagi metode yang membuat belajar lebih menyenangkan, bermakna, dan dapat dipahami. Yang penting paling tidak ada-lah materi yang mengena di hati, misalnya mengenai penyimpangan..bahwa kalau ngebut karena takut telah adalah bentuk penyimpangan primer. Kalau ngebut terus dilakukan? Yaa jelas menjadi penyimpangan sekunder. Bukan begitu anak-anak?