Saturday 19 March 2016

Ujian Tengah Semester

Minggu ketiga Maret sudah berakhir. Artinya, berakhir pula UTS semester 2. UTS, Ujian Tengah Semester adalah kegiatan evaluasi secara serentak di tengah semester. Bagi saya UTS adalah penanda telah sampailah kita pada pertengahan semester dan segera akan menuju libur semester *plaaak*. Haha. Ya salah satunya itu *tetep*. UTS memberikan kesempatan kepada guru untuk mengetahui secara kognitif kemampuan siswa. Sebenarnya guru bisa juga sih mengetahui kemampuan kognitif siswa dari kegiatan pembelajaran di kelas sehari-hari. Tapi kalau gak UTS kayak malem mingguan tanpa ke Sapar gitu loh. Ya gak?
Beberapa artikel di internet menyebutkan bahwa pendidikan kita terlalu banyak ujian. Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Semester, Ujian Nasional belum remedialnya. Tujuan ujian jelas untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang kognitif karena nanti hasil ujian akan berupa angka. Dan angka itu harus pas atau berada di atas KKM. Tujuannya baik, bukan? Kalau hasilnya sebagian besar di atas KKM, kalau banyak di bawah KKM ya wasalam. Pening pening dah kebanyakan remedial. Sementara itu, di satu sisi, terlalu banyak ujian juga tidak baik seperti yang dikemukakan oleh Nancie Atwell, peraih Global Teacher Prize dari Amerika Serikat.
Budaya terlalu banyak ujian dapat merusak standar dan "mengurangi semangat" para guru.
Untuk lebih lengkapnya silakan baca artikel ini. Emm, saya netral dalam hal ini. Haha. Mau pake UTS ayo, gak pake ya ayo. UTS memberi saya kesempatan untuk mengambil jeda. Ini baik bagi kelangsungan kewarasan kesegaran pikiran. Kenapa? Ya karena ngajar itu ndak mudah. Banyak yang harus dipersiapkan, apalagi saya lintas bidang. PKn adalah full materi yang sangat amat mudah terdengar lagu-nya Rio, yaitu Jenuh. Ini TANTANGAN! Tantangan bagi guru PKn seantero Indonesia untuk menemukan metode oke rio yang membuat siswa bersemangat mempelajari PKn. Ssaem kudu kawa! *triple lingual*. Haha. Apapun itu, mari kita lihat UTS sebagai salah satu kegiatan positif. Saya percaya semua kegiatan ada manfaatnya. Tinggal bagaimana kita memaknainya. 
Ketika siswa kelas X dan XI, kelas XII melaksanakan Try Out Kabupatan sekaligus Ujian Sekolah. Anyway, soal Try Out Kabupatan mapel Sosiologi bikin saya puyeng. Terlalu general dengan jawaban yang bias, ambigu. Ini sulit. Bisa kacau kalau soal Ujian Nasional juga seperti itu. Untungnya Ujian Nasional soalnya gak terlalu membingungkan. Seingat saya, ujian nasional polanya masih sama. Kalau soalnya setipe dengan ujian yang lalu, mau paketnya 100 mah gak masalah *gak sombong, cuma sedikit songong*. 
Sewaktu pelaksanaan ujian ini, banyak tingkah polah siswa yang membuat saya merenung. Apakah dulu saya juga seperti ini? Ber-syaat syuuut dengan teman minta jawaban. Tapi, satu hal yang pasti. Kalau bisa kembali ke masa lalu *ciee* saya akan memperbaiki masa-masa sekolah. Saya akan belajar dengan lebih serius. Ujian dengan lebih serius. Melihat para siswa ujian membuat saya iri. Saya ingin kembali ke masa sekolah dengan lebih baik. Study hard, Play hard. Kalo sekarang Work Hard, Play Harder *gak nanya*. 
Yang jelas saya gak mau ada yang nyontek pas ujian. Kalau tanya ke teman itu wajar. Kalau sampai bawa buku pas ujian alias ngepek itu tidak bisa ditoleransi. Itu perbuatan curang. C.U.R.A.N.G #teachertidaksuka
Kelas XII serius mode on
Ini pertaruhan hidup mati kalian, nak! *lebai*

Karena kekurangan kelas, laboratorium bio pun digunakan
Paling jago kalo suruh bikin coret-coret di papan tulis
Karena ujian di ruang kelas baru pasti tuntas semua kan? *gak ada hubungannya*
Para siswa harusnya percaya pada diri mereka sendiri. Kalau mereka gak percaya pada diri mereka sendiri, siapa lagi coba yang mau percaya? Jin iprit? Tuyul dan mbak Yul? Kapten Yoo Si Jin? Hah! Nonsense! Belajarlah untuk percaya pada diri kalian sendiri, nak. Kalian bisa. BISA! 
Dan satu lagi. Lakukan semua kegiatan dengan serius, jangan ada pemikiran "aah, cuma UTS. Kalau gak tuntas bisa remedial". Ini bukan lagi masalah remidial, tapi pada mental. Jangan sampai pendidikan kita menghasilkan mental-mental tidak serius, sukanya hanya main-main karena masa depan tidak semudah remedial UTS. ITUH! 

Monday 14 March 2016

Team Work

Selamat petang!
Selain nilai ulangan dan latihan yang merupakan nilai kognitif siswa, evaluasi pembelajaran juga perlu dilakukan dari segi psikomotorik. Nanti kedua nilai tersebut akan dilengkapi dengan evaluasi dari segi afektif atau sikap. Menurut saya, sikap ini yang terpenting. Karakter. Buat apa nilai bagus kalo didapat dari mencontek? Bukan hasil kerja keras siswa. Gak masalah nilai siswa mepet KKM karena kemampuan siswa beragam. Asal ya itu, ada usaha. Kalaupun tidak mampu meraih nilai tinggi di mapel tertentu, asal masih ada usaha untuk belajar, menjadi anak yang baik, yang namanya guru tidak akan mempersulit siswa. Beda kasusnya kalau sudah tidak mampu, tapi tidak menunjukkan usaha alias malas, acuh, atau seenaknya sendiri. Bagaimana mau dibantu? Bagaimanapun juga yang namanya sekolah adalah tempat belajar, apapun. Silakan berkreasi asal masih dalam batas kewajaran. Saya gak pengen membelenggu kekreatifan siswa, tapi juga enggak mau kreatifitas tersebut merugikan diri sendiri dan orang lain. Setujuu? *Yees, ma'am*
Naah, untuk menilai segi psikomotorik siswa, saya memberi tugas kelompok. Belum seluruh kelas saya beri tugas kelompok mengingat padatnya materi dan waktu yang terbatas. Kali ini akan saya tampilkan kegiatan saat IPA 1 mengerjakan tugas kelompok di kelas plus hasil karyanya. Hasil karya mereka semoga bisa saya gunakan ketika mengajar pada semester baru kelak. Bisa sebagai penguat atau variasi. Atau hiasan di kamar saya? *duh*
Bahu membahu menyusun landmark yang menunjukkan negara ASEAN
Ini dia hasilnya. Hai Borobudur. Long time no see!
Ini ngrumpiin kapten Yoo atau ngerjain tugas? #teachercuriga
Oh, ngerjain tugas. Ini hasilnya. Saya suka dengan alurnya.
Meski menyebar, misi kita sama teman!
Ukur yang benar nak. Ukur jarak Satui ke Seoul

Gunting yang rapi nak. Biar nyaman dilihat
Fahrianoor memandori *?!?!* Usman dalam menggambar logo ASEAN
Hasil karya mereka. Agak amburadul tapi densusnya tetep kece! #kaminaksir
Gunting menggunting adalah kewajiban. A must!
Sekjen PBB, NGO also in this mading. Hah. Bilingual.

Kemampuan menggunting kalian akan terasah nak!

Full loaded! Sapa nak jadi duta besar???
Lesehan lebih nyaman sepertinya. Bisa gulung2 gitu ya?
This is it! Kliping mengenai hubungan internasional
Saya menyukai passion yang ditunjukkan oleh siswa dalam mengerjakan tugas. Saya selalu takjub dengan kreativitas dan kemauan untuk mengikuti pembelajaran dengan berbagai metode. Pun saya juga takjub ketika ada siswa yang nyeleneh dan kemudian bertanya-tanya, apa dulu di zaman SMA saya dan teman-teman kayak gini? 
Saya gak masalah gimanapun kelakuan mereka, asal masih dalam batas kewajaran, tidak dibuat-buat, dan tidak menantang. Tensi saya langsung naik ketika ada kemungkaran *cailah*, macam nantangin gitu. Duh, nak kita kan sama-sama pengen yang baik, ngapain saling nantang menantang? Bukankah lebih baik kita bersama-sama? Beimbai kita kawa? Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh? :))
Suga haseyo, hakseng! Good job! I like it!

Sunday 13 March 2016

Debat

Selamat siang menjelang sore yang panas mau ujan ini!
Menjelang UTS, saya pikir perlu pendalaman materi. Supaya ilmu yang teoritis ini menjadi aplikatif alias bisa digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itu, saya menggelar debat antarkelompok yang merupakan interaksi antarkelompok *lintas mapel*
Debat ini berkaitan dengan materi hubungan dan organisasi internasional. Ada tiga materi debat. Yang pertama berkaitan dengan sengketa laut Cina Selatan, kedua mengenai penyerangan Amerika Serikat ke Afganistan untuk menggempur Al Qaeda. Ketiga mengenai tema yang lagi happening, bantuan dari UNDP untuk LGBT Lepet Gethuk Bolen Tahu
Debat ini sejatinya tidak mencari pihak mana yang menang, apakah yang kontra atau yang pro dengan tiap2 materi, tapi mencari fakta atau memahami suatu peristiwa. Memang akan ada kelompok yang diuntungkan dalam materi tertentu, misalnya serangan Amerika Serikat. Mau dengan alasan apapun, Amerika Serikat tidak diperbolehkan menyerang seenak udelnya sendiri. Mereka kan berada di bawah PBB. Tujuan PBB jelas memelihara perdamaian dunia, memastikan negara2 hidup berdampingan. Amerika Serikat sebagai anggota PBB sekaligus dewan keamanan tetap PBB tidak boleh menunjukkan kesewenang-wenangan meski berlindung dibalik alasan mencari biang kerok kasus pembajakan pesawat lanjut penabrakan WTC dan Pentagon. 
Selama debat, seingat saya, saya beberapa kali terkesima terpesona dan tertegun dengan beberapa alibi siswa. Cuma sayang saking lamanya jadi lupa argumen siswa. Sepertinya daya ingat teacher agak terganggu akibat kebanyakan capcin *salahkan capcin*. Seperti apa debatnya? Lets see :)
Suasana diskusi menjelang debat
Marleni tampil sebagai moderator untuk kelompok pertama

Sesi pertama debat siap
Seingat saya, pendapat Rizki bagus. Cuma ya itu, lupa. Haha
Kali ini ketua kelas Haeril yang jadi moderator. Gak cakep karena dasinya ditelantarkan :(
Nanda cs bersiap menelurkan *!?!?!?* pendapatnya
Didengarkan dengan saksama oleh Islam dkk
Suasana makin memanas sodaraaa!
Kelompok kedua sibuk mempertahankan argumennya masing-masing
Melissa tampil sebagai moderator

Penonton masih adem ayem
Dan akhirnya...PECAH. Mulai rusuh
Duduk biar agak ademan
IPS 3 siap menyaksikan debat secara langsung

Jangan ber-Apa Loe, Apa Loe lo yaa..
Ngebahas amerika serikat gak kalah menarik dengan membahas drama terbaru ya, nak
Debat tidak tertib karena ada yang tidak pake dasi #gaksuka
Secara keseluruhan, debat oke. Cuma karena ada kelas yang debatnya mendadak jadi kurang kuat argumennya. Siswa kurang mampu mengeluarkan argumen yang menguatkan posisi mereka. Lain kali harus dipersiapkan dengan saksama. Kalo perlu diliput MetroTV! Haha. Amin. 
Bagaimana dengan materi debat? Gak perlu dibahas ini? *monolog*. Seyogya dan sesolonya perlu dibahas. Tapi next :) 

Saturday 5 March 2016

Explain that words, please


Setelah curhat colongan di update sebelumnya saya ingin menyampaikan *bahasanya aduhai resminya* mengenai variasi pembelajaran yang lain. Metode ini sudah pernah saya pakai, tapi untuk kali ini ada perbedaanya.
Eat bulaga. Komunikata. Dua kuis di televisi itu yang menjadi inspirasi saya. Kali ini mainnya gak secara individu, tetapi secara berkelompok. Jadi setiap kelompok akan menunjuk wakilnya. Wakil ini yang akan memberi clue kepada teman satu kelompoknya mengenai kata-kata yang harus mereka tebak. 
Sayangnya, dari beberapa kelas yang melakukan permainan ini, hanya satu kelas yang fotonya masih ada, yaitu kelas IPS 1. Sepertinya saya lupa mengabadikan foto di kelas lain.

Cakepnya kalo pada rapi barisnya macam ini.
Rayhanoor dan Sahri berusaha sekuat tenaga memberikan petunjuk yang akan ditebak teman sekelompoknya
Yaah, karena cuma dua foto itu yang masih ada di hape, saya sudahi update-an kali ini :)

Refleksi

Setiap kelas punya karakteristik masing2. Begitu pula dengan siswa. Inilah seninya jadi guru. Punya member siswa sebanyak 30an per kelas. PER KELAS! Kepala jadi pening seketika kalo musti nurutin kata Menteri Anies,"tanya kepada siswa pembelajaran yang mereka inginkan," #sayapening 
Solusinya gimana? Ya, banyakin saja variasi dalam pembelajaran. Oke bisa diterima, tapi variasi dalam pembelajaran juga perlu respons dari siswa. Artinya, siswa juga berperan aktif dalam pembelajaran. Akan repot kalo guru sudah melakukan variasi, siswanya adem adem aja, tidak mau berperan aktif. Trus maunya apa nih kira-kira? Apa maunya yang penting nyaman lah bu ae? Hah. Emang sekolah situ? Emang sekolah ini cuma sambilan daripada gak ngapa2in di rumah? Yang penting ada kegiatan di pagi hari gitu? Atau sekadar ngejalani salah satu proses dalam kehidupan? Wow SUPER SEKALI!
Sangat tidak bijaksana kalo kita bersikap egois. Misalnya saya selaku guru hanya akan mengajar. Toh, saya juga dibayar mau gimanapun cara mengajar saya. Dateng, minta siswa ngerjain LKS, saya nonton drama toh juga gak ada masalah, bukan? Trus siswa juga seenaknya sendiri. Masuk telat. Gak ikut dalam pembelajaran dengan berbagai alasan, gak ngerjain tugas. Ribut. Yang penting nyaman barataan lah. Berelaan. Tapi apa itu yang sama2 kita inginkan? Saya beberapa kali mungkin sudah menyampaikan bahwa siswa adalah generasi penerus. Di tangan generasi peneruslah kelangsungan negara ini berada. Saya ngeri ngebayangin Indonesia bakalan bubar kalo dipegang sama generasi bermental mafia. Aiiih, ibu sereem amat. Nggak. Kita optimis dengan pendidikan di Indonesia. Percaya bahwa masih banyak siswa yang baik. Siswa yang sama2 mau maju dan bekerja sama dalam hal positif.
Di IPA 1 sudah saya sampaikan siswa gak usah ambisius menghafalkan semua materi. Saya tidak mengingkan siswa mampu menghafalkan materi sama persis sampai ke titik koma-nya suatu materi. Bagi saya, siswa yang kelak berpartisipasi aktif dalam pemilu sudah cukup. Siswa yang nyeletuk,"Oh, itu kerja sama bilateral bidang ekonomi,"saat melihat tayangan di televisi mengenai kerja sama Indonesia dan Inggris. Atau siswa yang mampu menjadi pelopor masyarakat madani. Mengedepankan toleransi, siap bekerja sama dengan orang lain, siap menerima kritik, bersikap ksatria, dan tentu saja menjadi orang yang tidak mudah terprovokasi. 
Negara kita banyak orang pandai, tapi masih saja kita menemukan peristiwa bobroknya mental seseorang. Saya bukan lah orang alim, saya masih banyak pula kekurangan. Tapi paling tidak ada keinginan untuk tidak membuat kondisi menjadi lebih buruk. 
Ketika engkau tidak mampu memperbaiki suatu keadaan, janganlah membuatnya menjadi lebih buruk. 
Saya setuju dengan pemikiran para ahli yang menyebutkan karakter itu sangat penting. Kepribadian, karakter, dan sikap baik lah yan menjadi permasalahan di negara kita. Meskipun karakteristik siswa itu beragam, saya pikir memiliki sikap baik wajib dimiliki oleh semua siswa. 
Saya diam bukan berarti saya tidak tahu. Ada kalanya diam itu memberi kesempatan kepada siswa untuk berubah atau untuk tidak lagi mengulangi sikap negatifnya. Kalo masih saja bersikap negatif? Ada kekuatan lebih besar yang akan mengurusnya bukan? :)