Minggu ketiga Maret sudah berakhir. Artinya, berakhir pula UTS semester 2. UTS, Ujian Tengah Semester adalah kegiatan evaluasi secara serentak di tengah semester. Bagi saya UTS adalah penanda telah sampailah kita pada pertengahan semester dan segera akan menuju libur semester *plaaak*. Haha. Ya salah satunya itu *tetep*. UTS memberikan kesempatan kepada guru untuk mengetahui secara kognitif kemampuan siswa. Sebenarnya guru bisa juga sih mengetahui kemampuan kognitif siswa dari kegiatan pembelajaran di kelas sehari-hari. Tapi kalau gak UTS kayak malem mingguan tanpa ke Sapar gitu loh. Ya gak?
Beberapa artikel di internet menyebutkan bahwa pendidikan kita terlalu banyak ujian. Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Semester, Ujian Nasional belum remedialnya. Tujuan ujian jelas untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang kognitif karena nanti hasil ujian akan berupa angka. Dan angka itu harus pas atau berada di atas KKM. Tujuannya baik, bukan? Kalau hasilnya sebagian besar di atas KKM, kalau banyak di bawah KKM ya wasalam. Pening pening dah kebanyakan remedial. Sementara itu, di satu sisi, terlalu banyak ujian juga tidak baik seperti yang dikemukakan oleh Nancie Atwell, peraih Global Teacher Prize dari Amerika Serikat.
Budaya terlalu banyak ujian dapat merusak standar dan "mengurangi semangat" para guru.
Untuk lebih lengkapnya silakan baca artikel ini. Emm, saya netral dalam hal ini. Haha. Mau pake UTS ayo, gak pake ya ayo. UTS memberi saya kesempatan untuk mengambil jeda. Ini baik bagi kelangsungan kewarasan kesegaran pikiran. Kenapa? Ya karena ngajar itu ndak mudah. Banyak yang harus dipersiapkan, apalagi saya lintas bidang. PKn adalah full materi yang sangat amat mudah terdengar lagu-nya Rio, yaitu Jenuh. Ini TANTANGAN! Tantangan bagi guru PKn seantero Indonesia untuk menemukan metode oke rio yang membuat siswa bersemangat mempelajari PKn. Ssaem kudu kawa! *triple lingual*. Haha. Apapun itu, mari kita lihat UTS sebagai salah satu kegiatan positif. Saya percaya semua kegiatan ada manfaatnya. Tinggal bagaimana kita memaknainya.
Ketika siswa kelas X dan XI, kelas XII melaksanakan Try Out Kabupatan sekaligus Ujian Sekolah. Anyway, soal Try Out Kabupatan mapel Sosiologi bikin saya puyeng. Terlalu general dengan jawaban yang bias, ambigu. Ini sulit. Bisa kacau kalau soal Ujian Nasional juga seperti itu. Untungnya Ujian Nasional soalnya gak terlalu membingungkan. Seingat saya, ujian nasional polanya masih sama. Kalau soalnya setipe dengan ujian yang lalu, mau paketnya 100 mah gak masalah *gak sombong, cuma sedikit songong*.
Sewaktu pelaksanaan ujian ini, banyak tingkah polah siswa yang membuat saya merenung. Apakah dulu saya juga seperti ini? Ber-syaat syuuut dengan teman minta jawaban. Tapi, satu hal yang pasti. Kalau bisa kembali ke masa lalu *ciee* saya akan memperbaiki masa-masa sekolah. Saya akan belajar dengan lebih serius. Ujian dengan lebih serius. Melihat para siswa ujian membuat saya iri. Saya ingin kembali ke masa sekolah dengan lebih baik. Study hard, Play hard. Kalo sekarang Work Hard, Play Harder *gak nanya*.
Yang jelas saya gak mau ada yang nyontek pas ujian. Kalau tanya ke teman itu wajar. Kalau sampai bawa buku pas ujian alias ngepek itu tidak bisa ditoleransi. Itu perbuatan curang. C.U.R.A.N.G #teachertidaksuka
Kelas XII serius mode on |
Ini pertaruhan hidup mati kalian, nak! *lebai* |
Karena kekurangan kelas, laboratorium bio pun digunakan |
Paling jago kalo suruh bikin coret-coret di papan tulis |
Karena ujian di ruang kelas baru pasti tuntas semua kan? *gak ada hubungannya* |
Para siswa harusnya percaya pada diri mereka sendiri. Kalau mereka gak percaya pada diri mereka sendiri, siapa lagi coba yang mau percaya? Jin iprit? Tuyul dan mbak Yul? Kapten Yoo Si Jin? Hah! Nonsense! Belajarlah untuk percaya pada diri kalian sendiri, nak. Kalian bisa. BISA!
Dan satu lagi. Lakukan semua kegiatan dengan serius, jangan ada pemikiran "aah, cuma UTS. Kalau gak tuntas bisa remedial". Ini bukan lagi masalah remidial, tapi pada mental. Jangan sampai pendidikan kita menghasilkan mental-mental tidak serius, sukanya hanya main-main karena masa depan tidak semudah remedial UTS. ITUH!